Rabu, Februari 11, 2015

Lanka….. Lanka.…. Lanka.…. (Third Chapther…. End)


Setelah browsing berbulan-bulan keluar masuk blog orang, maka di putuskan lah puncak dari trip lanka… lanka…  lanka…. Ini adalaaaah….. Sigiriya: The Lion Rock. Benteng dan istana batu kuno yang terletak di distrik Matale, Sri Lanka yang dikelilingi oleh sisa reruntuhan kota kuno masa pemerintahan Raja Kassapa I (477-495) ini merupakan satu dari tujuh Situs Warisan Dunia UNESCO yang wajib dikunjungi di Sri Lanka. (wiki). Karena hukumnya wajib, maka gak afdol kalo udah ke Sri Lanka gak kesini.

Lion Rock, Sigiriya, Sri Lanka


Informasi dari blog travel milik mas @hardi_ch, di culinaryntravelmaniac.blogspot.com sangat membantu perjalanan menyusuri kota demi kota di Sri Lanka. Setelah dari Kandy, Sigiriya bisa di tempuh selama 3 jam menggunakan Bus. Jadilah kami dari Kandy terus ke tengah-tengah pulau Sri Lanka menuju Dambulla untuk ke Sigiriya. Menurut info, untuk ke Sigiriya sebaiknya kita menginap di Dambulla, karena Sigiriya sendiri berada di tengah hutan yang aksesnya biasa ditempuh menggunakan kendaraan semacam bajaj kesana.

Turun dari Bus, kami kembali langsung diserbu oleh rombongan supir bajaj. Salah satunya oleh Saman Nilanga yang kemudian menawarkan guest house terdekat untuk kami singgahi. Mereka tahu betul tujuan kami pasti Sigiriya. Maka setelah check in di Takeshi Inn, kami pun menawar sengit untuk diantar pulang pergi dengan bajaj Saman. Saman, pemuda tamil yang kulitnya sumpah coklat tua banget ini akhirnya mengalah dan mengantar kami dari Dambulla ke Sigiriya yang jaraknya lumayan jauh. Hampir sekitar 40 menit kami menyusuri hutan karet, kebun-kebun sampai akhirnya dari kejauhan kami melihat seonggok bukit batu yang tampak lain diantara bukit2 lainnya. Bukit batu itu terpahat sedemikian rupa dan nampak sangat mencolok seolah2 kita bukan sedang berada di bumi. Saman dengan bahasa Inggris malu2nya sempat menyebut Sigiriya sebagai Alien’s Home. Sumpah, waktu itu aku tiba2 percaya dengan apa yang dikatakan Saman.
 
Saman riding the bajaj, goes to Sigiriya

what the...... pose

in front of the Lion Rock

Akhirnya, batu aneh berukuran raksasa dengan tinggi sekitar 200 meter itu terpampang jelas didepan mata. Ini salah satu ketakjuban pribadi kedua setelah melihat langsung Ka’bah. Batu raksasa itu ternyata juga di sebut Lion Rock atau Batu Singa. Awalnya aku heran, kenapa batu itu disebut Batu Singa, mirip sama Singa aja kagak. Kemudian dengan positive thinking, aku pun berfikir; bisa jadi batu itu dulunya memang rumah para Singa. 

Setelah menyewa seorang tour guide yang menyangka kami orang Jepang lalu kemudian (pura2) shock karena tau kami dari Indonesia (trik tour guide basi), kami digiring ke loket pembelian tiket seharga $20 plus mini dv yang berisi profil dari Lion’s Rock tersebut. Saman yang sudah serah terima nyawa kami di tangan tour guide yang kita sebut saja namanya Mr. Kumar bilang akan jemput kami di sisi seberang batu 3 jam lagi. Aku heran, kenapa ngeliat2 batu begini doank bisa sampai 3 jam. Eh… ternyata eh ternyata mendaki si Batu Singa ini butuh waktu setidaknya 2 Jam karena medan yang akan kita lalui terjal. 


Mr. Kumar the guardian of the Lion Rock


Mr. Kumar bilang akan ada beberapa Pit Stop di Trip ini. Pertama di Elephant Rock, lalu di Lion Rock dan berakhir di Cobra Rock. Oke… Fine…. Lets Climb…. Climb…. And Climb…….. secara udah mahal2 beli tiket dan sewa tour guide. Di pintu masuk komplek Sigiriya, Mr. Kumar menjelaskan bekas pondasi  yang merupakan kolam taman yang mereka sebut ‘ water garden’ yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak pernah kekeringan. Di dalam kolam sempat ditemukan beberapa artefak dan kendi…. Oke… kita skip cerita tentang kendi2an dan kawan2nya…. Alhasil, sampailah kami di gundukan batu yang di sinyalir mirip dengan bentuk gajah. Voilaaa…. Sampailah kami di Elephant Rock…..

Elephant Rock

Di Pinggang Lion Rock

lelah babang dek... :p


Lukisan Selir2 topless di dinding gua


Setelah mendaki lebih kurang 30 menit, kita akan menemukan beberapa lukisan perempuan bertelanjang dada yang dipercaya adalah selir2 yang paling disayang raja. Namun beberapa lukisan rusak dan nampak dihapus bagian wajah dan dadanya sejak masuknya agama Budha di Sri Lanka. Terus keatas kita pun menjumpai apa yang disebut Lion Rock. Inilah Lion Rock itu….

Sisa reruntuhan Lion Rock, Sigiriya

oma dan opa bule yang tetap semangat


Mr. Kumar bilang, dahulunya, kaki ini merupakan kaki Singa yang di ukir sedemikian rupa  dan para ahli percaya bahwa disana merupakan tahta kerjaaan yang berbentuk singa lengkap dengan kepala yang sayangnya sudah hancur di makan waktu sehingga menyisakan kakinya saja.

Terus keatas, kita tiba dipuncak batu yang ternyata adalah reruntuhan istana raja, tempat raja dan ratu serta selir2nya tinggal. Bayangin deh, rajanya buat istana di atas batu dengan ketinggian 200 meter dari tanah. Entah gimana mereka dulu bangun istananya disana secara dengan tangan kosong aja kita ngos2an mendaki keatas. Mr. Kumar sempat berbisik dan bilang, bisa jadi dahulu kala dibawah itu dulu adalah lautan dan mungkin mereka membangun istana pakai kapal, tentunya kapal yang super besar. Diatas memang terlihat sisa bangunan dan pondasi. Mr. Kumar sibuk menjelaskan dimana kamar raja, kamar selir dan ruangan meeting bla bla bla…. Sedangkan aku sibuk poto2. Sampai akhirnya Mr. Kumar sadar dan menawarkan diri untuk mempotokan kami bahkan dia menyuruh pose ala2 ‘Flying Budha’… uwow bangets lah pokoknya….
Siang itu tidak begitu terik. Turis yang ikut dalam tur spektakuler tersebut kebanyakan bule eropa. Diantara rombongan bule ada yang sudah berusia lanjut, tapi tetap semangat mendaki Lion Rock yang terjal ini. Sungguh semangat yang patut di berikan applause yang meriah… hehe….


Reruntuhan Istana di Puncak Lion Rock

Going down is dead

Flop!!!!

200 meters......

2 jam mendaki terbayar dengan indah, mungkin itu semua perasaan turis yang sudah jauh2 ke pedalamam Sri lanka ini. Pegal, penat dan peluh menguap oleh sejuknya angin dari puncak Lion Rock. Untuk turun, hanya dibutuhkan kurang lebih waktu 30 menit. Pemberhentian terakhir adalah di Cobra Rock, Batu yang bagian atasnya melengkung seperti kepala ular kobra.

Cobra Rock

Tak terasa hari sudah sore, kami pun kembali ke guest house dan istirahat untuk besok melanjutkan perjalanan ke Negombo. Negombo adalah kota terakhir yang akan kami kunjungi di Trip lanka… lanka… lanka… ini. Negombo merupakan sebuah kota mayoritas berpenduduk Kristen dengan banyak peninggalan khas Spanyol, yaitu gereja2 berarsitekur klasik khas Espana. Kami kembali menginap di sebuah guest house. Di Negombo, harga kamar 2 x lipat dari harga2 kota sebelumnya. Mungkin karena Negombo terletak berdekatan dari Airport Bandaranaike, sehingga menjadi alternatif para pelancong untuk stay selain Ibukota Sri Lanka di Colombo. Kamar kami berada di lantai 3 yang pemandangan di balkonnya adalah laut lepas. Yes, kamar kami ada balkonnya walau ini adalah guest house. Walau harganya agak mahal, namun fasilitasnya sudah mumpuni, kamar mandi di dalam, ada air panas dan lagi2 ada kelambu. Sorenya kami berjalan kaki keliling Negombo dan menyusuri pantai2 disana. Uniknya, pantai disini  berpasir kuning dan beombak sedang. Pantai tetap dijaga kebersihannya karena ada mobil pembersih sampah lalu lalang. Mobilnya tersebut menyapu pasir dan mengambil sampah sambil jalan.  Good Job Negombo!!!

Off to Negombo

Kelambu, ciri khas hotel/ guest house di Sri Lanka

Negombo from balcony

Bersih-bersih pantai ala Sri Lanka


Salah satu gereja di Negombo

Departures Board

Meals on Board

Alhasil, sejauh ini Sri Lanka adalah negara dengan petualang traveling yang berkesan dan unik. Entah mengapa, aku merasa ada kedekatan emosional orang2 Sri Lanka dengan Indonesia. Bisa jadi karena mayoritas Hindu Sri Lanka berkiblat ke Candi Borobudur sebagai peninggalan peradaban Hindu terbesar di dunia, atau mungkin karena banyak hal berbau Indonesia disana seperti kuliner Indonesia yang diadaptasi disana seperti Nasi Goreng yang tetap di tulis Nasi Goreng di menu restoran mereka, atau bahkan karena kesamaan nasib pernah di terjang Tsunami yang sama beberapa waktu lalu. Entahlah…. (end) 

Bonus: (buat cewek2 jomblo)

Saman makan Nasi Goreng pake tangan loh... Aneh ya

Tidak ada komentar: