Jessica dan Mirna akhirnya pulang ke hostel dengan selamat setelah menonton pertunjukkan haram bareng bule brondong yang bisa aja 'menggilir' mereka (atau mereka yang menggilir bule itu) di gang sempit di luar bar Ping Pong Show. Meski Jessica dan Mirna punya segudang cerita 'asoy' tentang apa yang mereka lihat di Show (yang katanya diperagakan oleh cewek2 yang punya keahlian ajaib) najis itu, mereka pada akhirnya sadar juga bahwa kenekatan mereka bisa membawa petaka. Pokoknya, ini jangan ditiru ya teman2, karena resiko yang kalian hadapi gak bisa kalian ukur kalo lagi diluar sana.
Pagi itu kami bersiap ke Siriraj Museum. Salah satu tempat wajib yang sudah ada di itinerari kami. Ide kesini muncul setelah kami browsing2 tentang wisata di Bangkok. Entah kenapa semua pada setuju untuk berkunjung ke museum yang memamerkan jenazah yang diawetkan karena alasan medis atau alasan forensik itu. Sayangnya, hari itu kami kurang beruntung. Sesampainya di Siriraj Hospital, abang2 tukang ojek yang kami tanya lokasi museum bilang kalo museum tutup hari ini. Gak percaya sama si abang yang kata Estri lumayan kece itu (selera Estri ya gitu deh), kamipun terus masuk ke komplek rumah sakit yang ternyata adalah rumah sakit terbesar dan tertua senegara yang mayoritas pengikut Buddha itu. Ketemu mahasiswi2 kinyis, kamipun bertanya. Ternyata hari selasa memang jadwal museum tutup, alasannya karena hari selasa adalah hari pengecekkan dan pembersihan museum kata salah seorang mahasiswa yang bahasa inggrisnya lumayan jelas dan lancar itu. Jadilah dengan langkah gontai kami pindah ke itinerari selanjutnya, yaitu Tour Keliling Bangkok Bersama 2 Kakek Tua.
|
disensor demi kenyamanan mata bersama (adegan dilakukan oleh model profesional 'dalam bidang kuliner') |
Selepas
makan siang, kami balik ke hostel karena harus check out. Tadinya kami
berencana memperpanjang stay kami di Samsen 360, sayangnya hostel ini
mendadak penuh. Maklum hostel ini banyak direkomendasikan karena
tempatnya yang nyaman, harga yang murah dan lokasi yang strategis.
Sebelum check out, kami berjumpa dengan Bill, bule tua bau alkohol yang
berencana menghabiskan sisa umurnya di Bangkok. Bill sebenarnya gak
asing di trip kami ini, karena dialah orang pertama yang menyambut kami
tengah malam buta, saat kami tiba di Samsen pada hari pertama. Bill yang waktu
itu duduk di resepsionis dan berusaha menawarkan kami Ghost Tower Trip,
berhasil menjerumuskan kami ber 5 di trip keliling Bangkoknya dengan
slogan ' get your adrenalin rush by visiting the most creepy and haunted
place in Bangkok". Karena penasaran dan sedikit menantang, kami pun
janjian untuk di guide sore selasa itu.
Trip ini ternyata bukan di pimpin oleh Bill, melainkan oleh seorang bule tua lainnya yang bernama Frans. kalau Bill mengaku berasal dari Afrika Selatan, Frans mengaku berasal dari Jerman. Awalnya tur ini adalah keliling Bangkok dan mengunjungi Ghost Tower, namun karena untuk masuk ke Ghost Tower sudah dilarang oleh pemerintah karena alasan keamanan, maka jadilah kami dibawa keliling Bangkok menggunakan bermacam alat transportasi dan melihat sisi lain Bangkok yang memang nyeleneh dan jarang dilihat wisatawan lain.
|
bersama kakek renta Bill di BTS |
Frans saat itu bertanya, kami berasal dari mana dan tadi barusan dari mana. Setelah mendengar kami dari Indonesia dan barusan mencoba berkunjung ke Museum Siriraj dia mengernyitkan dahinya yang memang sudah mengkerut karena usia. Waktu itu lagi hangat2nya eksekusi mati oleh pemerintah Indonesia ke beberapa WNA pengedar narkoba, Frans yang mengaku sebagai
interpol dan membawa name tag yang bertuliskan Thai Royal Police menunjukkan sikap ketidaksetujuannya tentang eksekusi mati itu dan mulai menunjukkan sikap anti patinya terhadap Indonesia. Karena merasa kami tertarik dengan mayat2, Frans malah menawarkan kami untuk langsung melihat mayat2 asli disebuah kamar mayat rumah sakit, dimana dia punya akses kesana sebagai interpol. Kami menolak karena bukan seperti itu tujuan trip kami ke Siriraj. Melihat kami agak bingung dan mulai ragu, Frans mencoba mencairkan suasana dengan joke2 jadulnya yang sumpah gak lucu. Cerita punya cerita, akhirnya kami ber 5 pun tunduk dihadapan bule tua itu dan menjadi peserta tournya secara resmi. Sebenarnya dipikir2 kok jadi aneh ya... kami yang orang Asia Tenggara malah dibawa tour keliling Bangkok oleh seorang Farang (istilah bule bagi Thai). Karena itu, sekali lagi Frans meyakinkan kami, kalau dia adalah anggota interpol, dia pun bakal menjamin keselamatan kami selama tour nyeleneh ini.
|
katanya ngasi makan sambil berdoa, biar punya karma yang bagus |
Awalnya kami dibawa berjalan kaki ke sebuah pelabuhan tepi sungai Chao Phraya. Kami ber 5 dibuat takjub dengan pemandangan tepian sungai yang memang bikin kaget. Frans yang membeli satu plastik kulit roti tawar menumpahkan hampir separo kulit roti tawar itu ke sungai. Maka keluarlah ribuan, bahkan mungkin jutaan ikan (sepertinya lele) Patin raksasa segede paha Jessica dan Rory yang saling tumpang tindih dan berebutan makanan. Suasananya persis kayak anak2 STM sedang tawuran, bunyi seperti ledakan kembang api dimalam tahun baru, meledak2 dan menakjubkan. Kami berada diposisi antara shock dan terhibur, karena gak pernah melihat hal aneh begini sebelumnya, belum lagi melihat burung merpati di pinggir pelabuhan yang juga banyak banget dan juga menyerbu dengan membabi-buta ketika dilempar kulit roti ini. Untuk kesan pertama, kami mulai merasa, tour ini sepertinya akan menjadi menarik.
Puas dengan kenorakan kami, Frans dan Bill yang gontai membawa kami ke sebuah tempat latihan tembak dan berjanji mengizinkan kami memegang senjata asli disana. Sambil jalan, Aku dan Jessica cerita2 bodoh tentang kejadian menyeramkan para bekpeker dunia yang terjebak di Thailand karena narkoba. Cerita kami melebar sampai ke adegan, jangan2 Frans ini adalah bule gila yang sedang mencari korban untuk disalahkan dalam kasus pembunuhan (mungkin dia pura2 jadi interpol) sehingga dia menggiring kami ke sebuah tempat yang mungkin sudah di set untuk menjebak kami dan menjadikan kami sebagai pelaku dari pembunuhan itu, yaitu dengan membuat kami memegang pistol (yang mungkin sebelumnya dipakai sebagai senjata pembunuhan) sehingga sidik jari kami bakalan ada disana dan Frans (yang kemudian berperan sebagai pencari orang2 bodoh yang bisa dikorbankan) berhasil membuat kami sebagai tersangka pembunuhan. Awalnya cerita2 bodoh ini cuman jadi lelucon, karena ke-parno-an Rory dan Estri, kami malah jadi paranoid betulan. Setibanya di lokasi, alhasil cuma Mirna yang berani memegang senjata itu, karena Mirnalah yang cuman mendengar cerita bodoh kami samar2 akibat terlalu sibuk berjalan berdua (pdkt) dengan Bill yang memang sama gontainya dengan Mirna. Aku, Jessica, Estri dan Rory bergidik melihat Mirna yang dengan santainya meraih pistol itu dan juga meminta Frans memotokan dirinya yang sedang memegang Pistol ala2 Angelina Jolie di Tomb Raider. Sungguh, imajinasi kami memang liar waktu itu.
|
Salah satu sudut tepian Chao Phraya |
|
Amazing Thailand |
Lepas dari tempat pelatihan tembak yang (di gadang2 Frans) tidak boleh dimasuki oleh wisatawan lain itu (lagi2 Frans sesumbar kami bisa masuk kesana karena dia adalah anggota interpol) kami digiring ke sebuah tempat yang katanya mini Tokyo.
Note: Di kemudian hari kami menyadari tempat pelatihan tembak itu memang menjadi salah satu spot wisata bagi wisatawan bangkok, disana ternyata disediakan paket latihan tembak bagi wisatawan dengan harga ratusan Bath untuk setengah jam latihan.
*******************
Mini Tokyo kami tempuh dengan naik boat dan disambung Bus, entah dimana tempatnya (kalian bisa gugling sendiri lah). Tempat ini ternyata sebuah jalan, yang mana hampir seluruh toko disini menggunakan banner atau papan nama (papan reklame) bertulisan huruf jepang. Restoran, Spa, Bar, toko kelontongan dan toko2 lainnya seragam menggunakan huruf kanji, sehingga membuat kesan kita sedang berada di Tokyo. Ini salah satu spot yang aku pikir di rencanakan dengan cukup kreatif untuk menarik wisatawan lokal maupun non lokal, karena hampir semua barang dan makanan yang dijual memang bertema J-style. Bisa jadi nanti beberapa tahun lagi bakalan hadir juga jalanan khusus K-Style, who knows..... (atau memang udah ada disana ya?)
|
mini tokyo yang gak penting2 banget |
Lepas dari mini Tokyo, kami dibawa dengan MRT ke tempat yang katanya paling berhantu se-Bangkok. Ghost Tower. Perjalanan ke Ghost Tower lumayan berliku. Sebenarnya Ghost Tower ini bernama Sathorn Unique Building. Gedung berlantai 43 ini adalah bangunan belum selesai yang dibiarkan 'berhantu' menyusul kebangkrutan developernya karena krisis moneter tahun 1997-1998. Kabarnya memang pernah ada seorang Backpacker asal Swedia yang mati tergantung di salah satu kamar mandi lantai paling atas. Pada kenyataannya, gedung ini dijadikan 'rumah' bagi para pecandu narkoba untuk nyimeng, meski beberapa traveler sengaja menjadikan gedung ini sebagai spot untuk menikmati indahnya kota Bangkok dari ketinggian yang berbeda. Namun, setelah ditemukan ada yang meninggal, pengelola gedung justru mengamankan tempat ini dengan cara memasang Satpam (sehingga bagi yang ingin naik harus membayar, yes..... gak di Indonesia gak di Thailand, hal2 begini malah jadi objekan). Beruntung, kami gak harus masuk kesana karena secara resmi pemerintah Thailand sudah melarang wisatawan untuk naik dengan alasan gedung sudah rapuh dan bisa saja colapse.
|
Ghost Tower yang legendaris |
Gagal naik Ghost Tower, kami diajak Frans ke daerah keramaian dikawasan silom. Waktu ini sudah hampir jam 6 Sore. Frans berencana mengajak kami melihat pemandangan 'aneh' lainnya, dimana setiap jam 6 sore akan di putar lagu kebangsaan Thailand "Pleng Chat Thai" dan membuat semua orang dikawasan ramai itu berhenti dari aktivitasnya masing2 dan mendengarkan lagu (juga ikut bernyanyi) dengan hikmat. Sayangnya lagi2 kami gagal mendapat pengalaman seru itu karena sore itu Bangkok gerimis. Gerimis ternyata melunturkan semangat nasionalisme mereka... hehehe... (peaceee). Sebagai gantinya, Frans membawa kami ke sebuah hotel bintang 5 untuk menyaksikan sunset dari lantai paling atasnya. Lagi2 dengan name tag Thai Royal Police nya, Frans menggiring kami ber 5 dengan santai ke restoran Hotel Dusit Thani. Sebelum naik ke lantai paling atas Aku dan Jessica lagi2 cerita2 bodoh. "Jangan2 ini memang salah satu bagian dari rencana, bisa aja di atas sudah ada sekelompok mafia yang menunggu, dan kita nanti akan disekap, trus yang cewek2 diperkosa sama mafia2 gang bang haus sex disana. Yang cowok2 di bunuh trus organ tubuhnya dijual di pasar gelap." kata Jessica yang langsung ngacir ke kamar mandi. Kami yang ngomong pake bahasa Indonesia disambut oleh Frans yang nanyain kami ngomong apa dan sok2an nebak kalo kami lagi ngomongin beberapa orang yang nongkrong di lobby hotel. Kemudian Frans ikut2an menjudge mereka sambil bilang " itu yang cewek baju merah, lagi jual diri.... dan itu....yang cowok brondong sana juga jual diri, itu langganannya bule2 ekspaktriat". Dan kemudian si cowok brondong Thai itu betulan disamperin seorang bapak2 bule. Kami senyum2 dikulum antara geli karena si Frans yang asbun mendadak jadi cenayang dan kami yang tiba2 miris dengan mikir jangan2 si cowok memang dulunya adalah salah satu korban 'jualannya' si Frans, dan kami ber 5 ini korban baru..... daging segar..... HOT PU**Y.... FRESH MEATTTTT....... Bbbrrrr.......rrr........
|
pemandangan kota gedung pencakar langit Bangkok |
Hari sudah magrib, imajinasi liar Jessica tidak terbukti, tidak ada mafia gang bang yang memperkosa dia diatas, yang ada hanya adegan foto2 sunset dengan latar skyscraper Bangkok di Sky Resto ini. Sesi pemotretanpun usai dengan datangnya manajer restoran yang nyemperin dengan sopan sambil nanya mau pesan apa. Frans yang kali ini name tagnya sudah mulai kadaluarsa, bohong ke manajer resto dengan bilang kami cucu2nya udah mau balik ke kamar hotel. Sebuah kebohongan yang keterlaluan. HAHAHAHAHAHA....... "He will never check it.... right..." katanya sambil senyum. Preeetttt....
Keluar dari Dusit Thani, hari masih gerimis. Kami dan 2 bule tua itu mulai lelah dan lapar. Frans berencana mengajak kami ke kawasan Red District, dimana dikawasan itu 'katanya' adalah kawasan yang lumayan berbahaya sebangkok, antara bahaya narkoba dan bahaya sex bebas. Frans bilang ini adalah kunjungan terakhir kami di trip keliling Bangkok ini. Mirna dan Jessica yang sudah eneg dengan pemandangan cewek telanjang terlihat tidak terlalu tertarik dengan trip pamungkas. Aku, Rory dan Estri pun sama tidak tertariknya ketika trip pamungkas ini malah ke tempat prositusi yang kabarnya sebuah jalan yang memajang cewek2 di etalase. Karena takut dosa, kami pun memutuskan untuk skip destinasi terakhir dan pulang ke hostel. "It's up to you all...." kata Frans.
*********************
|
Gadis dalam cawan (lokasi; 3howwhostel) |
Besok paginya kami terbangun di 3Howwhostel. Hostel yang berada di gang sebelah samsen 360. Setelah sarapan, kami berangkat lagi ke Siriraj Hospital. Tiba disana, Museum Medis dan Forensik itu buka. Kami pun bergegas membeli tiket seharga 200 Bath untuk paket museum Patologi, Forensik, Anatomi dan The Human Body.
Masuk Museum, kita diharuskan menaruh semua barang di loker dan dilarang membawa kamera. Karena ponsel tidak dilarang, jadilah kami tetap membawanya ke dalam dengan niat untuk curi2 foto.... Aura Museum memang horor, untungnya resepsionisnya adalah mahasiswi kedokteran cantik yang sedang kerja part time disana. Kami diberi headset dan dipakaikan baju jas polos persis yang biasa dikenakan mahasiswa magang kedokteran ataupun eonnie dan oppa di pilem 'dokter2an' korea.
Masuk ke sesi Patologi, kita akan disuguhkan pemandangan (koleksi) bayi2 yang di awetkan dengan kondisi medis yang berbagai macam. Mulai dari tahap perkembangan bayi secara detil, juga kondisi fisik bayi karena alasan medis. Ada yang hidrocepalus, kembar siam dan cacat karena kekurangan atau kelebihan anggota tubuh. Lumayan bikin merinding dan menyentuh karena yang kita lihat disini adalah mayat2 bayi asli. Di sebelah sesi Patologi ada sesi parasitologi (betulkan bahasanya?). Sesi ini memperlihatkan penyakit2 yang pernah menyerang orang Thailand dan Asia.
|
penampakan front desk Museum (sumber:google.com) |
Makin ke dalam makin ngeri. Kita akan masuk ke sesi Forensik. Sesi dimana dipajang berbagai kondisi korban kejahatan dengan luka serius, korban kecelakaan, korban perkosaan sampai korban Tsunami 2004 lalu. Tiap2 etalase memajang organ asli manusia yang rusak, seperti tengkorak kepala yang bolong karena peluru, ginjal dan hati yang hancur karena kecelakaan, tulang yang patah juga daging yang tersayat dengan luka terbuka mengerikan. Yang paling menyeramkan adalah satu etalase yang memajang mayat pemakan hati anak2 yang terkenal di tahun 50an. Brrrrrrr...... setiap nyolokin headset ke bagian informasi disebelah etalase, kita akan mendengar penjelasan tentang isi dari etalase itu, dilengkapi dengan backsound yang gak kalah menyeramkannya.......
Hampir pingsan di museum ini, kami masih harus ke gedung sebelahnya untuk melihat sesi Anatomi. Belum lagi sampai, kami ber 5 sudah lemas karena harus menyusuri tangga naik yang gak kalah horornya. Ampun dah......
Di dalam sesi anatomi dipajang berbagai koleksi museum secara anatomis. Ada tengkorak, ada sistem saraf yang disusun sedemikian rupa, juga ada tubuh tanpa tulang. Tidak hanya itu, masih banyak lagi pajangan bayi2 di tabung berformalin dengan berbagai kondisi serta ada irisan organ tubuh yang diiris dengan presisi tinggi demi ilmu pengetahuan. Di tengah museum ada 2 tubuh manusia yang di beberapa bagian tubuh sengaja dibuka, sehingga kita bisa lihat organ dalamnya. Kami mulai panas dingin di sini, niat buat poto2 gagal total karena yang kami saksikan adalah mayat2 asli yang bisa aja menampakkan wujud lainnya di dalam poto kami nanti. jadilah untuk menghormati mereka, aku tidak akan pajang poto2nya disini dan kalian bisa cari di gugel ataupun datang langsung ya........
Keluar dari Museum lapar menyerang. Mual yang sempat kami rasakan didalam museum kalah dengan lapar yang kami hadapi. Kami melipir ke kantin (lebih tepatnya foodcourt) di bagian tengah komplek rumah sakit Siriraj yang ternyata adalah surga makanan murah, sehat dan enak se-Bangkok. Setidaknya sejauh ini kami rasa foodcourt ini lah yang paling cocok rasa dan harganya. Kenyang makan dikelilingi calon2 dokter se-Thailand raya, kami melipir ke Wat Arun.
**********************
Wat Arun.
Wat Arun kami capai hanya beberapa stop dari Siririaj Pier. Berada disisi Chao Phraya, memungkinkan kami untuk naik taxi water (sebutan untuk kapal yang jadi angkutan air di Chao Phraya) yang ongkosnya berdasar seberapa jauh tujuan kita. Sayangnya lagi, Wat Arun masih dalam renovasi. Ternyata itu alasan kenapa lampu gemerlap Wat Arun tidak dihidupkan pas aku, Rory dan Estri kesini beberapa malam lalu.
Meski begitu, tak menyurutkan niat ladies2 ini buat foto2 dengan pakaian adat ala kerajaan Thai yang disewakan disana. Aku bertahan untuk gak ikutan pakai2an begituan untuk foto2 meski Estri, Mirna dan Jessica bersedia patungan menyewakan kostum itu dengan alasan, "udah jauh2 kita kesini apa salahnya kita poto pake baju ini". Sungguh mereka adalah penghianat... janjinya mau jjs ala anti mainstream, tapi takluk juga ketika udah sampai dilokasi. Sedang Rory........ awalnya tergoda..... tapi sayangnya gak ada baju yang muat.... (eh.. ceritanya gini apa gimana ya Ror?? apa kau emang bertahan dengan prinsip anti mainstrean juga?).
Puas foto2, kami melipir ke tempat jual souvenir di pinggiran Wat Arun dan tenggelam di lautan oleh2. Jessica dan Mirna kembali kalap. Begitulah... mereka terhanyut dalam pikiran 'oleh2 ini untuk siapa2 aja' dan siapa aja yang belum di beliin. Sungguh ironis, disaat kita jalan2 kita masih tetap mikirin orang disekitar yang musti dibawain oleh2. Sayangnya sebagian dari teman kita dengan tega bilang "kok oleh2nya ini, kok gantungan kunci mulu, ah.... ini kan harganya segini...." atau ada juga yang menerima dengan senyuman, tapi olehnya2 membusuk di laci kerja dan gak berguna. Tanpa mereka tahu bahwa kami menyisihkan sebagian budget traveling untuk membelikan mereka oleh2 demi menghindari pertanyaan basa-basi sepulang traveling, " CIYE JALAN2 TERUS... MANA OLEH2NYA". (preeet).
|
oleh2 yang menggugah selera kalian kan? |
Meskipun begitu... kami ikhlas kok beliin kalian gantungan kunci... (*uhuk)
Sorenya, kami tiba di kawasan Silom. Nampak banyak perbedaan mencolok antara kawasan Silom yang lebih rame dengan gedung2 tinggi di banding Khaosan yang lebih kultural dan urban. Kami hinggap di hostel ke 3 yang bernama Lub D Hostel. Hostel ini ternyata punya banyak cabang seantero Thailand dan merupakan salah satu hostel yang punya design unik dan keamanan bagus. Bahkan iklan2 yang mereka buat di situsnya terkesan sangat anak muda dan eye catchy. Kami ber 5 pun tumbang dan berencana untuk jalan lebih sorean lagi ke daerah Pratunam dan Siam Paragon.
|
kegilaan diusia separuh baya.... (lokasi; Lub D Hostel) |
To Be Continued.....
Eh... ga jadi dink.... Daerah Pratunam, Siam Paragon dan juga MBK Mall adalah daerah belanja2 dan gak terlalu banyak yang bisa aku ceritakan disini selain:
1. Jessica, Mirna dan Estri akhirnya terbujuk dengan tiket super discount untuk masuk ke Maddam Tussaud Bangkok. Aku yang pernah masuk ke Maddam Tussaud di Hongkong udah kebayang isinya gimana dan berencana pulang ke hostel buat santai2 dan jalan2 disekitar Silom. Rory yang bimbang dan sedikit gengsi untuk ikutan cewek2 masuk Museum patung lilin pun terpaksa menjaga marwah dan martabatnya sebagai pria maskulin dan gak ikutan masuk ke Museum yang pada waktu itu masih belum ada Mbak Anggunnya itu.
2. Malamnya, 4 ekor teman ku itu kasi mini surprise birthday karena hari itu adalah hari ulang tahun aku.... yes.... mereka akhirnya berhasil aku jebak untuk masuk ke My-Birthday-Escaping-Circle.... hahahaha....
3. Di Siam Paragon aku gak sengaja pipis sebelah2an sama aktor Thailand Chantavit Dhanasevi (gak penting banget ya) yang sebenarnya aku baru sadari setelah Rory bilang "Bang, ndak heboh orang2 di toilet? Soalnya tadi ada cowok sebelum dia masuk toilet, banyak orang2 minta poto bareng dia". So...what.... harusnya orang2 juga minta poto bareng aku lah... wong aku udah pipis bareng sama dia... #eh
4. Besoknya kami pindah lagi ke hostel ke 4 bernama Udee Hostel. Hostel yang dekat ke bandara Don Mueang ini jadi pilihan karena kami masih pengen ke JJ Market malam harinya. Selain itu jam 6 pagi kami sudah harus ada di bandara untuk pulang ke KL. Maka untuk menghindari macet dan susahnya mencari taxi meter, jadilah kami memilih Udee sebagai hostel terakhi kami di Bangkok.
Perjalanan ini akhirnya ditutup dengan kami berfoto bersama di sebuah reflection big screen yang kalo kita foto di depaannya akan menampilakan kita dengan latar tertentu. Pas kami ber 5 foto di big screen itu, latarnya malah ganti dari Wat Arun ke Gunung Fuji.... Waaaah... apakah ini pertanda kami harus merencanakan Jepang sebagai tujuan berikutnya??? Who knows.....
|
Jessica dengan bule yang bukan muhrimnya... ckckck |
|
Mirna yang cuman sebahunya mbak nicole... |
|
Birthday boy yang dapat suprise cake..... |
|
|
|
|
|
grafiti / street art yang wokeh.... |
|
Kemacetan Bangkok yang aduhai.. |
|
Snack semacam otak2 ikan... enaakkksss |
|
Ahjussi penjual kue bulan |
|
kue bulan dan square building yang waktu itu masih on progres |
|
percakapan pasca pulang yang kurang begitu penting untuk dibaca |
The end