Minggu, September 18, 2016

Go... Go... Bangkok..... 2

Demi mengukuhkan diri sebagai bekpeker anti mainstream, kami ber 5 yang sejatinya adalah manusia berhati lembut ini, merencanakan wisata nyeleneh dan jarang dilakukan oleh traveler 'cemen' diluar sana. Berbekal keyakinan dan niat yang dikuat2kan, kami pun bertekad untuk mengunjungi museum medical dan forensik di Siriraj Hospital. Belum lagi sampai di museum 'horor' itu, kami justru mengalami kejadian yang kalo dipikir2 jauh lebih horor lagi dan bisa menjadikan kami salah satu dari penghuni museum itu.



where to go next, woy?


Jessica dan Mirna akhirnya pulang ke hostel dengan selamat setelah menonton pertunjukkan haram bareng bule brondong yang bisa aja 'menggilir' mereka (atau mereka yang menggilir bule itu) di gang sempit di luar bar Ping Pong Show. Meski Jessica dan Mirna punya segudang cerita 'asoy' tentang apa yang mereka lihat di Show (yang katanya diperagakan oleh cewek2 yang punya keahlian ajaib) najis itu, mereka pada akhirnya sadar juga bahwa kenekatan mereka bisa membawa petaka. Pokoknya, ini jangan ditiru ya teman2, karena resiko yang kalian hadapi gak bisa kalian ukur kalo lagi diluar sana.
 
Pagi itu kami bersiap ke Siriraj Museum. Salah satu tempat wajib yang sudah ada di itinerari kami. Ide kesini muncul setelah kami browsing2 tentang wisata di Bangkok. Entah kenapa semua pada setuju untuk berkunjung ke museum yang memamerkan jenazah yang diawetkan karena alasan medis atau alasan forensik itu. Sayangnya, hari itu kami kurang beruntung. Sesampainya di Siriraj Hospital, abang2 tukang ojek yang kami tanya lokasi museum bilang kalo museum tutup hari ini. Gak percaya sama si abang yang kata Estri lumayan kece itu (selera Estri ya gitu deh), kamipun terus masuk ke komplek rumah sakit yang ternyata adalah rumah sakit terbesar dan tertua senegara yang mayoritas pengikut Buddha itu. Ketemu mahasiswi2 kinyis, kamipun bertanya. Ternyata hari selasa memang jadwal museum tutup, alasannya karena hari selasa adalah hari pengecekkan dan pembersihan museum kata salah seorang mahasiswa yang bahasa inggrisnya lumayan jelas dan lancar itu. Jadilah dengan langkah gontai kami pindah ke itinerari selanjutnya, yaitu Tour Keliling Bangkok Bersama 2 Kakek Tua.

disensor demi kenyamanan mata bersama (adegan dilakukan oleh model profesional 'dalam bidang kuliner')


Selepas makan siang, kami balik ke hostel karena harus check out. Tadinya kami berencana memperpanjang stay kami di Samsen 360, sayangnya hostel ini mendadak penuh. Maklum hostel ini banyak direkomendasikan karena tempatnya yang nyaman, harga yang murah dan lokasi yang strategis. Sebelum check out, kami berjumpa dengan Bill, bule tua bau alkohol yang berencana menghabiskan sisa umurnya di Bangkok. Bill sebenarnya gak asing di trip kami ini, karena dialah orang pertama yang menyambut kami tengah malam buta, saat kami tiba di Samsen pada hari pertama. Bill yang waktu itu duduk di resepsionis dan berusaha menawarkan kami Ghost Tower Trip, berhasil menjerumuskan kami ber 5 di trip keliling Bangkoknya dengan slogan ' get your adrenalin rush by visiting the most creepy and haunted place in Bangkok". Karena penasaran dan sedikit menantang, kami pun janjian untuk di guide sore selasa itu.

Trip ini ternyata bukan di pimpin oleh Bill, melainkan oleh seorang bule tua lainnya yang bernama Frans. kalau Bill mengaku berasal dari Afrika Selatan, Frans mengaku berasal dari Jerman. Awalnya tur ini adalah keliling Bangkok dan mengunjungi Ghost Tower, namun karena untuk masuk ke Ghost Tower sudah dilarang oleh pemerintah karena alasan keamanan, maka jadilah kami dibawa keliling Bangkok menggunakan bermacam alat transportasi dan melihat sisi lain Bangkok yang memang nyeleneh dan jarang dilihat wisatawan lain.

bersama kakek renta Bill di BTS


Frans saat itu bertanya, kami berasal dari mana dan tadi barusan dari mana. Setelah mendengar kami dari Indonesia dan barusan mencoba berkunjung ke Museum Siriraj dia mengernyitkan dahinya yang memang sudah mengkerut karena usia. Waktu itu lagi hangat2nya eksekusi mati oleh pemerintah Indonesia ke beberapa WNA pengedar narkoba, Frans yang mengaku sebagai interpol dan membawa name tag yang bertuliskan Thai Royal Police menunjukkan sikap ketidaksetujuannya tentang eksekusi mati itu dan mulai menunjukkan sikap anti patinya terhadap Indonesia. Karena merasa kami tertarik dengan mayat2, Frans malah menawarkan kami untuk langsung melihat mayat2 asli disebuah kamar mayat rumah sakit, dimana dia punya akses kesana sebagai interpol. Kami menolak karena bukan seperti itu tujuan trip kami ke Siriraj. Melihat kami agak bingung dan mulai ragu, Frans mencoba mencairkan suasana dengan joke2 jadulnya yang sumpah gak lucu. Cerita punya cerita, akhirnya kami ber 5 pun tunduk dihadapan bule tua itu dan menjadi peserta tournya secara resmi. Sebenarnya dipikir2 kok jadi aneh ya... kami yang orang Asia Tenggara malah dibawa tour keliling Bangkok oleh seorang Farang (istilah bule bagi Thai). Karena itu, sekali lagi Frans meyakinkan kami, kalau dia adalah anggota interpol, dia pun bakal menjamin keselamatan kami selama tour nyeleneh ini.

katanya ngasi makan sambil berdoa, biar punya karma yang bagus


Awalnya kami dibawa berjalan kaki ke sebuah pelabuhan tepi sungai Chao Phraya. Kami ber 5 dibuat takjub dengan pemandangan tepian sungai yang memang bikin kaget. Frans yang membeli satu plastik kulit roti tawar menumpahkan hampir separo kulit roti tawar itu ke sungai. Maka keluarlah ribuan, bahkan mungkin jutaan ikan (sepertinya lele) Patin raksasa segede paha Jessica dan Rory yang saling tumpang tindih dan berebutan makanan. Suasananya persis kayak anak2 STM sedang tawuran, bunyi seperti ledakan kembang api dimalam tahun baru, meledak2 dan menakjubkan. Kami berada diposisi antara shock dan terhibur, karena gak pernah melihat hal aneh begini sebelumnya, belum lagi melihat burung merpati di pinggir pelabuhan yang juga banyak banget dan juga menyerbu dengan membabi-buta ketika dilempar kulit roti ini. Untuk kesan pertama, kami mulai merasa, tour ini sepertinya akan menjadi menarik.

 

 



Puas dengan kenorakan kami, Frans dan Bill yang gontai membawa kami ke sebuah tempat latihan tembak dan berjanji mengizinkan kami memegang senjata asli disana. Sambil jalan, Aku dan Jessica cerita2 bodoh tentang kejadian menyeramkan para bekpeker dunia yang terjebak di Thailand karena narkoba. Cerita kami melebar sampai ke adegan, jangan2 Frans ini adalah bule gila yang sedang mencari korban untuk disalahkan dalam kasus pembunuhan (mungkin dia pura2 jadi interpol) sehingga dia menggiring kami ke sebuah tempat yang mungkin sudah di set untuk menjebak kami dan menjadikan kami sebagai pelaku dari pembunuhan itu, yaitu dengan membuat kami memegang pistol (yang mungkin sebelumnya dipakai sebagai senjata pembunuhan) sehingga sidik jari kami bakalan ada disana dan Frans (yang kemudian berperan sebagai pencari orang2 bodoh yang bisa dikorbankan) berhasil membuat kami sebagai tersangka pembunuhan. Awalnya cerita2 bodoh ini cuman jadi lelucon, karena ke-parno-an Rory dan Estri, kami malah jadi paranoid betulan. Setibanya di lokasi, alhasil cuma Mirna yang berani memegang senjata itu, karena Mirnalah yang cuman mendengar cerita bodoh kami samar2 akibat terlalu sibuk berjalan berdua (pdkt) dengan Bill yang memang sama gontainya dengan Mirna. Aku, Jessica, Estri dan Rory bergidik melihat Mirna yang dengan santainya meraih pistol itu dan juga meminta Frans memotokan dirinya yang sedang memegang Pistol ala2 Angelina Jolie di Tomb Raider. Sungguh, imajinasi kami memang liar waktu itu.

Salah satu sudut tepian Chao Phraya

Amazing Thailand


Lepas dari tempat pelatihan tembak yang (di gadang2 Frans) tidak boleh dimasuki oleh wisatawan lain itu (lagi2 Frans sesumbar kami bisa masuk kesana karena dia adalah anggota interpol) kami digiring ke sebuah tempat yang katanya mini Tokyo.
Note: Di kemudian hari kami menyadari tempat pelatihan tembak itu memang menjadi salah satu spot wisata bagi wisatawan bangkok, disana ternyata disediakan paket latihan tembak bagi wisatawan dengan harga ratusan Bath untuk setengah jam latihan. 

                                                                                  *******************

Mini Tokyo kami tempuh dengan naik boat dan disambung Bus, entah dimana tempatnya (kalian bisa gugling sendiri lah). Tempat ini ternyata sebuah jalan, yang mana hampir seluruh toko disini menggunakan banner atau papan nama (papan reklame) bertulisan huruf jepang. Restoran, Spa, Bar, toko kelontongan dan toko2 lainnya seragam menggunakan huruf kanji, sehingga membuat kesan kita sedang berada di Tokyo. Ini salah satu spot yang aku pikir di rencanakan dengan cukup kreatif untuk menarik wisatawan lokal maupun non lokal, karena hampir semua barang dan makanan yang dijual memang bertema J-style. Bisa jadi nanti beberapa tahun lagi bakalan hadir juga jalanan khusus K-Style, who knows..... (atau memang udah ada disana ya?)

mini tokyo yang gak penting2 banget


Lepas dari mini Tokyo, kami dibawa dengan MRT ke tempat yang katanya paling berhantu se-Bangkok. Ghost Tower. Perjalanan ke Ghost Tower lumayan berliku. Sebenarnya Ghost Tower ini bernama Sathorn Unique Building. Gedung berlantai 43 ini adalah bangunan belum selesai yang dibiarkan 'berhantu' menyusul kebangkrutan developernya karena krisis moneter tahun 1997-1998. Kabarnya memang pernah ada seorang Backpacker asal Swedia yang mati tergantung di salah satu kamar mandi lantai paling atas. Pada kenyataannya, gedung ini dijadikan 'rumah' bagi para pecandu narkoba untuk nyimeng, meski beberapa traveler sengaja menjadikan gedung ini sebagai spot untuk menikmati indahnya kota Bangkok dari ketinggian yang berbeda. Namun, setelah ditemukan ada yang meninggal, pengelola gedung justru mengamankan tempat ini dengan cara memasang Satpam (sehingga bagi yang ingin naik harus membayar, yes..... gak di Indonesia gak di Thailand, hal2 begini malah jadi objekan). Beruntung, kami gak harus masuk kesana karena secara resmi pemerintah Thailand sudah melarang wisatawan untuk naik dengan alasan gedung sudah rapuh dan bisa saja colapse.

Ghost Tower yang legendaris


Gagal naik Ghost Tower, kami diajak Frans ke daerah keramaian dikawasan silom. Waktu ini sudah hampir jam 6 Sore. Frans berencana mengajak kami melihat pemandangan 'aneh' lainnya, dimana setiap jam 6 sore akan di putar lagu kebangsaan Thailand "Pleng Chat Thai" dan membuat semua orang dikawasan ramai itu berhenti dari aktivitasnya masing2 dan mendengarkan lagu (juga ikut bernyanyi) dengan hikmat. Sayangnya lagi2 kami gagal mendapat pengalaman seru itu karena sore itu Bangkok gerimis. Gerimis ternyata melunturkan semangat nasionalisme mereka... hehehe... (peaceee). Sebagai gantinya, Frans membawa kami ke sebuah hotel bintang 5 untuk menyaksikan sunset dari lantai paling atasnya. Lagi2 dengan name tag Thai Royal Police nya, Frans menggiring kami ber 5 dengan santai ke restoran Hotel Dusit Thani. Sebelum naik ke lantai paling atas Aku dan Jessica lagi2 cerita2 bodoh. "Jangan2 ini memang salah satu bagian dari rencana, bisa aja di atas sudah ada sekelompok mafia yang menunggu, dan kita nanti akan disekap, trus yang cewek2 diperkosa sama mafia2 gang bang haus sex disana. Yang cowok2 di bunuh trus organ tubuhnya dijual di pasar gelap." kata Jessica yang langsung ngacir ke kamar mandi. Kami yang ngomong pake bahasa Indonesia disambut oleh Frans yang nanyain kami ngomong apa dan sok2an nebak kalo kami lagi ngomongin beberapa orang yang nongkrong di lobby hotel. Kemudian Frans ikut2an menjudge mereka sambil bilang " itu yang cewek baju merah, lagi jual diri.... dan itu....yang cowok brondong sana juga jual diri, itu langganannya bule2 ekspaktriat". Dan kemudian si cowok brondong Thai itu betulan disamperin seorang bapak2 bule. Kami senyum2 dikulum antara geli karena si Frans yang asbun mendadak jadi cenayang dan kami yang tiba2 miris dengan mikir jangan2 si cowok memang dulunya adalah salah satu korban 'jualannya' si Frans, dan kami ber 5 ini korban baru..... daging segar..... HOT PU**Y.... FRESH MEATTTTT....... Bbbrrrr.......rrr........

pemandangan kota gedung pencakar langit Bangkok


Hari sudah magrib, imajinasi liar Jessica tidak terbukti, tidak ada mafia gang bang yang memperkosa dia diatas, yang ada hanya adegan foto2 sunset dengan latar skyscraper Bangkok di Sky Resto ini. Sesi pemotretanpun usai dengan datangnya manajer restoran yang nyemperin dengan sopan sambil nanya mau pesan apa. Frans yang kali ini name tagnya sudah mulai kadaluarsa, bohong ke manajer resto dengan bilang kami cucu2nya udah mau balik ke kamar hotel. Sebuah kebohongan yang keterlaluan. HAHAHAHAHAHA....... "He will never check it.... right..." katanya sambil senyum. Preeetttt....


Keluar dari Dusit Thani, hari masih gerimis. Kami dan 2 bule tua itu mulai lelah dan lapar. Frans berencana mengajak kami ke kawasan Red District, dimana dikawasan itu 'katanya' adalah kawasan yang lumayan berbahaya sebangkok, antara bahaya narkoba dan bahaya sex bebas. Frans bilang ini adalah kunjungan terakhir kami di trip keliling Bangkok ini. Mirna dan Jessica yang sudah eneg dengan pemandangan cewek telanjang terlihat tidak terlalu tertarik dengan trip pamungkas. Aku, Rory dan Estri pun sama tidak tertariknya ketika trip pamungkas ini malah ke tempat prositusi yang kabarnya sebuah jalan yang memajang cewek2 di etalase. Karena takut dosa, kami pun memutuskan untuk skip destinasi terakhir dan pulang ke hostel. "It's up to you all...." kata Frans.



                                                                                          *********************


Gadis dalam cawan (lokasi; 3howwhostel)

Besok paginya kami terbangun di 3Howwhostel. Hostel yang berada di gang sebelah samsen 360. Setelah sarapan, kami berangkat lagi ke Siriraj Hospital. Tiba disana, Museum Medis dan Forensik itu buka. Kami pun bergegas membeli tiket seharga 200 Bath untuk paket museum Patologi, Forensik, Anatomi dan The Human Body.

Masuk Museum, kita diharuskan menaruh semua barang di loker dan dilarang membawa kamera. Karena ponsel tidak dilarang, jadilah kami tetap membawanya ke dalam dengan niat untuk curi2 foto.... Aura Museum memang horor, untungnya resepsionisnya adalah mahasiswi kedokteran cantik yang sedang kerja part time disana. Kami diberi headset dan dipakaikan baju jas polos persis yang biasa dikenakan mahasiswa magang kedokteran ataupun eonnie dan oppa di pilem 'dokter2an' korea.

Masuk ke sesi Patologi, kita akan disuguhkan pemandangan (koleksi) bayi2 yang di awetkan dengan kondisi medis yang berbagai macam. Mulai dari tahap perkembangan bayi secara detil, juga kondisi fisik bayi karena alasan medis. Ada yang hidrocepalus, kembar siam dan cacat karena kekurangan atau kelebihan anggota tubuh. Lumayan bikin merinding dan menyentuh karena yang kita lihat disini adalah mayat2 bayi asli. Di sebelah sesi Patologi ada sesi parasitologi (betulkan bahasanya?). Sesi ini memperlihatkan penyakit2 yang pernah menyerang orang Thailand dan Asia.

penampakan front desk Museum (sumber:google.com)

Makin ke dalam makin ngeri. Kita akan masuk ke sesi Forensik. Sesi dimana dipajang berbagai kondisi korban kejahatan dengan luka serius, korban kecelakaan, korban perkosaan sampai korban Tsunami 2004 lalu. Tiap2 etalase memajang organ asli manusia yang rusak, seperti tengkorak kepala yang bolong karena peluru, ginjal dan hati yang hancur karena kecelakaan, tulang yang patah juga daging yang tersayat dengan luka terbuka mengerikan. Yang paling menyeramkan adalah satu etalase yang memajang mayat pemakan hati anak2 yang terkenal di tahun 50an. Brrrrrrr...... setiap nyolokin headset ke bagian informasi disebelah etalase, kita akan mendengar penjelasan tentang isi dari etalase itu, dilengkapi dengan backsound yang gak kalah menyeramkannya.......

Hampir pingsan di museum ini, kami masih harus ke gedung sebelahnya untuk melihat sesi Anatomi. Belum lagi sampai, kami ber 5 sudah lemas karena harus menyusuri tangga naik yang gak kalah horornya. Ampun dah......

Di dalam sesi anatomi dipajang berbagai koleksi museum secara anatomis. Ada tengkorak, ada sistem saraf yang disusun sedemikian rupa, juga ada tubuh tanpa tulang. Tidak hanya itu, masih banyak lagi pajangan bayi2 di tabung berformalin dengan berbagai kondisi serta ada irisan organ tubuh yang diiris dengan presisi tinggi demi ilmu pengetahuan. Di tengah museum ada 2 tubuh manusia yang di beberapa bagian tubuh sengaja dibuka, sehingga kita bisa lihat organ dalamnya. Kami mulai panas dingin di sini, niat buat poto2 gagal total karena yang kami saksikan adalah mayat2 asli yang bisa aja menampakkan wujud lainnya di dalam poto kami nanti. jadilah untuk menghormati mereka, aku tidak akan pajang poto2nya disini dan kalian bisa cari di gugel ataupun datang langsung ya........

Keluar dari Museum lapar menyerang. Mual yang sempat kami rasakan didalam museum kalah dengan lapar yang kami hadapi. Kami melipir ke kantin (lebih tepatnya foodcourt) di bagian tengah komplek rumah sakit Siriraj yang ternyata adalah surga makanan murah, sehat dan enak se-Bangkok. Setidaknya sejauh ini kami rasa foodcourt ini lah yang paling cocok rasa dan harganya. Kenyang makan dikelilingi calon2 dokter se-Thailand raya, kami melipir ke Wat Arun.

                                                                     **********************

Wat Arun.

Wat Arun (bahasa Thai: วัดอรุณ, Candi Fajar) adalah candi Buddha (wat) yang terletak di distrik Bangkok Yai di Bangkok, Thailand, tepatnya di barat hulu sungai Chao Phraya. Nama panjang dari candi ini adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara (วัดอรุณราชวรารามราชวรมหาวิหาร). Wat Arun Rajwararam atau Candi Fajar, diambil dari nama Dewa Fajar, Aruna. Wat Arun dianggap salah satu situs yang paling terkenal di Thailand. (wiki)

Wat Arun kami capai hanya beberapa stop dari Siririaj Pier. Berada disisi Chao Phraya, memungkinkan kami untuk naik taxi water (sebutan untuk kapal yang jadi angkutan air di Chao Phraya) yang ongkosnya berdasar seberapa jauh tujuan kita. Sayangnya lagi, Wat Arun masih dalam renovasi. Ternyata itu alasan kenapa lampu gemerlap Wat Arun tidak dihidupkan pas aku, Rory dan Estri kesini beberapa malam lalu.

Meski begitu, tak menyurutkan niat ladies2 ini buat foto2 dengan pakaian adat ala kerajaan Thai yang disewakan disana. Aku bertahan untuk gak ikutan pakai2an begituan untuk foto2 meski Estri, Mirna dan Jessica bersedia patungan menyewakan kostum itu dengan alasan, "udah jauh2 kita kesini apa salahnya kita poto pake baju ini". Sungguh mereka adalah penghianat... janjinya mau jjs ala anti mainstream, tapi takluk juga ketika udah sampai dilokasi. Sedang Rory........ awalnya tergoda..... tapi sayangnya gak ada baju yang muat.... (eh.. ceritanya gini apa gimana ya Ror?? apa kau emang bertahan dengan prinsip anti mainstrean juga?).

Puas foto2, kami melipir ke tempat jual souvenir di pinggiran Wat Arun dan tenggelam di lautan oleh2. Jessica dan Mirna kembali kalap. Begitulah... mereka terhanyut dalam pikiran 'oleh2 ini untuk siapa2 aja' dan siapa aja yang belum di beliin. Sungguh ironis, disaat kita jalan2 kita masih tetap mikirin orang disekitar yang musti dibawain oleh2. Sayangnya sebagian dari teman kita dengan tega bilang "kok oleh2nya ini, kok gantungan kunci mulu, ah.... ini kan harganya segini...." atau ada juga yang menerima dengan senyuman, tapi olehnya2 membusuk di laci kerja dan gak berguna. Tanpa mereka tahu bahwa kami menyisihkan sebagian budget traveling untuk membelikan mereka oleh2 demi menghindari pertanyaan basa-basi sepulang traveling, " CIYE JALAN2 TERUS... MANA OLEH2NYA". (preeet).

oleh2 yang menggugah selera kalian kan?


Meskipun begitu... kami ikhlas kok beliin kalian gantungan kunci... (*uhuk)

Sorenya, kami tiba di kawasan Silom. Nampak banyak perbedaan mencolok antara kawasan Silom yang lebih rame dengan gedung2 tinggi di banding Khaosan yang lebih kultural dan urban. Kami hinggap di hostel ke 3 yang bernama Lub D Hostel. Hostel ini ternyata punya banyak cabang seantero Thailand dan merupakan salah satu hostel yang punya design unik dan keamanan bagus. Bahkan iklan2 yang mereka buat di situsnya terkesan sangat anak muda dan eye catchy. Kami ber 5 pun tumbang dan berencana untuk jalan lebih sorean lagi ke daerah Pratunam dan Siam Paragon.

kegilaan diusia separuh baya.... (lokasi; Lub D Hostel)


To Be Continued.....

Eh... ga jadi dink.... Daerah Pratunam, Siam Paragon dan juga MBK Mall adalah daerah belanja2 dan gak terlalu banyak yang bisa aku ceritakan disini selain:

1. Jessica, Mirna dan Estri akhirnya terbujuk dengan tiket super discount untuk masuk ke Maddam Tussaud Bangkok. Aku yang pernah masuk ke Maddam Tussaud di Hongkong udah kebayang isinya gimana dan berencana pulang ke hostel buat santai2 dan jalan2 disekitar Silom. Rory yang bimbang dan sedikit gengsi untuk ikutan cewek2 masuk Museum patung lilin pun terpaksa menjaga marwah dan martabatnya sebagai pria maskulin dan gak ikutan masuk ke Museum yang pada waktu itu masih belum ada Mbak Anggunnya itu.

2. Malamnya, 4 ekor teman ku itu kasi mini surprise birthday karena hari itu adalah hari ulang tahun aku.... yes.... mereka akhirnya berhasil aku jebak untuk masuk ke My-Birthday-Escaping-Circle.... hahahaha....

3. Di Siam Paragon aku gak sengaja pipis sebelah2an sama aktor Thailand Chantavit Dhanasevi (gak penting banget ya) yang sebenarnya aku baru sadari setelah Rory bilang "Bang, ndak heboh orang2 di toilet? Soalnya tadi ada cowok sebelum dia masuk toilet, banyak orang2 minta poto bareng dia". So...what.... harusnya orang2 juga minta poto bareng aku lah... wong aku udah pipis bareng sama dia... #eh

4. Besoknya kami pindah lagi ke hostel ke 4 bernama Udee Hostel. Hostel yang dekat ke bandara Don Mueang ini jadi pilihan karena kami masih pengen ke JJ Market malam harinya. Selain itu jam 6 pagi kami sudah harus ada di bandara untuk pulang ke KL. Maka untuk menghindari macet dan susahnya mencari taxi meter, jadilah kami memilih Udee sebagai hostel terakhi kami di Bangkok.

Perjalanan ini akhirnya ditutup dengan kami berfoto bersama di sebuah reflection big screen yang kalo kita foto di depaannya akan menampilakan kita dengan latar tertentu. Pas kami ber 5 foto di big screen itu, latarnya malah ganti dari Wat Arun ke Gunung Fuji.... Waaaah... apakah ini pertanda kami harus merencanakan Jepang sebagai tujuan berikutnya??? Who knows.....

Jessica dengan bule yang bukan muhrimnya... ckckck

Mirna yang cuman sebahunya mbak nicole...

Birthday boy yang dapat suprise cake.....  




grafiti / street art yang wokeh....

Kemacetan Bangkok yang aduhai..

Snack semacam otak2 ikan... enaakkksss

Ahjussi penjual kue bulan

kue bulan dan square building yang waktu itu masih on progres

percakapan pasca pulang yang kurang begitu penting untuk dibaca


The end

Sabtu, Agustus 13, 2016

Go... Go... Bangkok

Setelah melalui banyak halangan dan rintangan, mulai dari ijin cuti yang bentrok dan hampir di tolak, kurs dolar amerika yang melambung tinggi, kejadian bom di kuil Erawan yang sempat membuat kami meeting plan B, sampai dengan bencana kabut asap (Sumatera dan Kalimantan) yang menyebabkan penerbangan dari dan ke Pekanbaru dibatalkan, akhirnya Aku dan 4 manusia haus traveling ini berhasil mendapatkan stempel imigrasi di bandara DMK.






"Woi.... AA lagi promo tu... ke Bangkok murah... cuma 800ribuan PP". Isi pesan yang aku ketik di grup WA teman2 jalan ku langsung di respon Mirna dan Jessica dengan balasan " Ikuuuuuuttttt". Sebut saja mereka Mirna dan Jessica, 2 teman ku yang jauh2 hari memohon untuk diajak kalau aku traveling (bekpeking) keluar negeri. Belum sempat merespon, Estri yang newbie bekpeker dan tahun lalu berhasil menjelajah Malaysia dan Singapura langsung menggila dan minta segera di-issued-kan tiket saking semangatnya. Sipp... sudah ada 3 cewek yang bakal 'ikut' dalam trip kali ini, dengan pede aku pun nawarin Edi (teman kantor ku yang pernah ikutan di trip Singapura menjelajah Universal Studio), tanpa ba bi bu.... Edi langsung setuju join. Karena ngerasa masih kurang 1 orang lagi, ajakan pun jatuh ke  Rory, yang juga salah satu teman kantor beda cabang. Sambil mengiyakan, Rory dengan sumringah bilang janji bakal ngurusin berat badannya 10 Kilo demi bisa pakai bikini (kolor renang sexy) dan poto2 ala jigelo2 di pantai Pattaya. 

Yap.... Akhirnya liburan kali ini bakalan seru dan rame karena sudah pas dengan 3 pasang calon bekpeker yang siap menjajah negeri Gajah Putih.... (fyi: aku udah pernah sih ke Bangkok beberapa tahun lalu... baca; Bangkok Sabtu Minggu) Tapi kemudian setelah dipikir2 lagi..... jumlah 6 orang yang akan traveling bekpeking bersama itu bakal menjadi bencana besar bagi perhitungan keuangan kami..... mengingat taxi (sebagai sarana transportasi cukup praktis dan murah di Bangkok) cuma bisa (muat) diisi 5 orang... 1 didepan.... 4 berjubel di belakang.... dengan perhitungan, Jessica atau Rory yang bertubuh (cukup) besar dan kekar duduk didepan yaitu duduk disamping pak kusir, dan kami yang imut2 sisanya dibelakang bisa duduk saling silang..... maka... agar 1 taksi ber 5 ini menjadi kenyataan, jadilah aku diam2 berdoa dalam hati....... semoga diantara mereka (Mirna, Jessica, Estri, Edi dan Rory) ada yang batal berangkat..... *maafkanakuyateman

sumber: google.com


Akhirnya, setelah semua berhasil issued tiket dengan jadwal dan rute yang sama, kami pun mulai meeting kecil2an di grup wa, apalagi ada di antara ke 5 orang teman ku itu belum semua saling kenal mengenal dan aku pikir, mereka perlu kopi darat, biar ada chemistry satu sama lain, mengingat perjalanan yang bakal kami tempuh nanti jauh, berliku dan berhari-hari (ciye... macam naek onta aja piginya dang). Ya... namanya juga bekpekingan ke luar negeri.... untuk meminimalisir kejadian2 yang tidak menyenangkan (secara kami kesana mau bersenang2)  aku pun mengkondisikan berbagai hal, supaya pas disana sama2 enak. Ada peraturan2 yang kami buat demi kenyamanan bersama, misalnya yang cewek2 gak boleh pake high heels (apalagi yang cowok) atau semacamnya (soalnya kita kan kesana mau 'jalan2' bukan fashion show, jadi penggunaan hak tinggi dilarang demi keamanan tumit dan betis mereka) selain itu, yang cewek wajib hitung period nya, biar kalo datang bulan pas disana bisa antisipasi obat atau pengamanannya..... atau kalo lagi gak datang bulan, selama disana disarankan jangan main yang aneh2 dulu sama orang yang gak dikenal...., takutnya pulang2 ke Indonesia udah berbadan 2 aja kayak Titi Kamal (di lagu si Jablay) waktu tamasya ke Binaria..... dan masih banyak lagi rules2 yang musti sama2 dipatuhin. 

masa2 meeting Go Go Bangkok


Setelah melalui banyak diskusi.... sharing blog orang tentang jjs di Bangkok, rembukan soal tempat2 yang mau dikunjungi sampai berapa budget yang musti dibawa dan di hambur2kan, cobaan pun datang....

Rory yang tadinya beda kantor, mendadak dipindah ke kantor ku (meski masih beda divisi) dan menyebabkan kami ketar-ketir waktu mau ngajuin cuti. Alhasil, waktu pengajuannya pun kami kasi jarak beberapa minggu supaya Bos yang tanda tangan gak notice kalo tanggal cuti kami sama. Maklum lah... kengkadang bos bisa aja berubah pikiran dan cuma menyetujui salah satu dari kami. Trik kami berhasil.... yeay... (mungkin bisa jadi bahan referensi buat yang punya kasus sama, dengan catatan tetap rahasiakan rencana perjalanan kalian ke teman2 kerja yang lain... terutama yang 'muncungnya' ember... haha)

Berikutnya, cobaan datang lagi.... Kuil Erawan di Bangkok jadi sasaran bom (#prayforbangkok) dan berita ini sampai ke kuping mamak kami masing2. Jadilah mamaknya Mirna, Jessica dan Estri khawatir dan wanti2 berlebihan untuk ngelarang mereka ke Bangkok, mengingat anak2 mereka masih pada jomblo dan belum kawin... (eh nikah tante.... kawin gak tau ya..... tante sih gak tau kelakuan anak2 tante diluaran.. hehehe) kami pun sebagai anak yang baik merencanakan plan B dan segera meeting untuk mengantisipasi kalau saja ada travel warning dari pemerintah kita ke Bangkok.

Sambil merencanakan plan B..... gak terasa 3 Bulan lagi kami akan terbang bareng ke Bangkok.... Uh.... semangat berkobar2... dada berdebar2...... namun apa mau dikata.... cobaan berikutnya pun menghadang.... Pekanbaru dapat asap kiriman dari Palembang dan Jambi akibat pembakaran lahan dan hutan. Banyak penerbangan di cancel dan dialihkan ke Bandara Minangkabau. Jadwal penerbangan amburadul dan hati kami pun sangat kacau..... mengingat tiket ini sudah di issued berbulan2 lalu, sudah meeting dan berbual2 dengan ittinerary yang sempurna. Estri bahkan sudah beli tas bekpek baru dengan harga selangit. Rory juga sudah ready dengan kamera Xiao Mi murahannya.... (hehehe... aku nulis sambil sirik). Dalam gundah, kami pun berdoa..... dalam cemas kami berharap.... serta dalam gelisah ada yang geli dan juga basah..... kami pun merancang plan C. Setelah berjibaku menelpon Call Center AA, akhirnya ada solusi, kalau pas hari H keberangkatan asap masih mengganggu jadwal penerbangan, kami bisa memilih option, penerbangan di re-schedule atau di re-route, artinya kami bisa minta diberangkatkan dari Bandara provinsi terdekat tanpa dikenakan beban biaya sepeser pun.

Cobaan belum selesai sampai disitu, beberapa minggu menjelang keberangkatan, nilai kurs Rupiah terhadap USD anjlok sampai ke 14 ribu sekian per 1 USD nya, membuat kami makin galau dan harus merogoh kocek (sendiri) dalam2. Cobaan lain juga datang terus menerus,, seminggu sebelum berangkat, aku dan Rory ditugaskan keluar kota yang artinya kami harus punya tenaga extra untuk balik ke Pekanbaru dihari jumat sebelum keberangkatan (kami berangkat hari Sabtu ke KL untuk transit dan terus ke Bangkok) dan aku bersama Rory akan harus melalui perjalanan yang panjang kalau nanti harus berangkat dari Padang. Total kami akan menghabiskan belasan jam untuk sampai ke Bangkok dengan rincian...... Jumat sore seusai ngantor di somewhere (4 Hours from Pekanbaru) - sampai Pekanbaru lanjut ke Padang (jarak 8 jam perjalanan kalau gak macet) sampai di Padang catch penerbangan jam 8.30 pagi ke KL dan sampai di KL transit 8 jam untuk berangkat Bangkok jam 8 malam dan sampai di Bangkok jam 11 malam.... bayangkan akankah esok paginya (hari Minggu) di Bangkok aku dan Rory bisa terbangun tanpa encok pegak linu dan juga masuk angin??? 

Masih ada cobaan paling berat yang kami alami.... yaitu............. Edi mendadak cancel karena cutinya tidak di approve. Ups.... mungkin ini cobaan paling berat untuk Edi saja (EDI SAJA HAHAHA)... tapi tidak untuk kami..... (Horeeee... akhirnya doa ku terkabul.... ada yang cancel dan bisa ber 5 naik taksi tanpa menguras budget... bayangkan kalo Edi tetap ikut terpaksa harus bayar 2 taksi tiap jalan. Btw... maap ya Ed... kadang kita memang harus menari diatas luka orang lain... itulah hidup) 

But.... in the end.... tuhan itu maha maha baik....... maha maha penolong...... kenapa? Karena kami ber 5 (tentunya tanpa Edi yang tiketnya hangus dan hatinya hancur lebur) tetap bisa berangkat Sabtu itu dari Bandara SSQ II Pekanbaru. Padahal hari sebelumnya belum ada pesawat AA yang mendarat atau diterbangkan ke Kuala Lumpur (backsound; lagu When You Believe bagian reff terakhir... "there's can be mirikeeelllll....."). Kami memang sangat2 beruntung. Apa yang kami usahakan selama ini dan apa yang kami harapkan tercapai.... doa2 kami dikabulkan. Kami sangat sangat merasa bersyukur. Meskipun dengan jarak pandang yang masih terbatas, pesawat kami pun lepas landas dengan bebas. Kami mengumbar tawa selama dipesawat menuju KL sambil sesekali menatap ke kursi kosong Edi yang ternyata membuat kami leluasa untuk pindah2 posisi ketika foto2 didalam kabin... *peaceedihehehe

                                                                              *******

Kami pun mendarat di KLIA 2 yang super duper luas itu, menanti penerbangan berikutnya ke Bangkok. Aku, Mirna, Jessica dan Estri excited dengan transit ini, kami menghambur disekitar bandara mencari spot untuk foto2, sedang Rory berupaya kuat untuk sok2an cool mencoba menghambat rasa alay didalam hatinya, takut dibilang kampungan karena baru pertama kalinya keluar negara. 8 jam berikutnya kami habiskan dengan nongkrong dan makan di Mc D, tempat paling strategis untuk para backpacker...



transit..... 


ransum....

2 hal yang terpenting... paspor dan tiket!!!
on board... kursi edi yang kosong di sebelah mirna...


                                                                              ********

Jam 10.40an malam.... kami mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok. Bandara ini hanya dioperasikan untuk pesawat low budget... berbeda-jauh-banget dengan Bandara Suvarnabhumi, Don Mueang terlihat sederhana dan gak banyak cerita, tapi cukup membuat gembira karena terletak di tengah kota dan dekat kemana2.
Don Mueang yang bersahaja...

Setelah paspor kami masing2 di cap, kami pun dengan riang gembira mencari kios sim card di depan terminal bandara, tujuannya tak lain tak bukan adalah........ untuk eksistensi di media sosial.... (what elseeeeeee.......) selesai dengan koneksi internet dan berbual2 dengan orang konter yang sempat2nya ngajarin kata2 bahasa thai, kami pun menanti taxi bandara untuk mengantar kami ke  Samsen 360 Hostel di daerah Khaosan.
                                                                               ********

Pagi itu, meskipun badan masih rontok, kepala masih nyut2an, dan mata masih kriyep2, kami pun bergegas bangun untuk mengawali trip Go Go Bangkok ini. Aku dan Rory kebetulan sekamar dengan 2 orang lainnya yang ketika kami sampai kemaren mereka sedang keluar hostel... mungkin party. Sedangkan Estri, Mirna dan Jessica kebagian di lantai atas bergabung dengan backpacker dari negara lain di dorm khusus perempuan. Jam 6 pagi alarm kami (alarm harian kalo di Indonesia) bunyi dengan berisik disusul dengan adegan saling membangunkan. Aku membangunkan Rory di kasur bawah, maklum Rory yang bertubuh besar dan kekar, terpaksa harus tidur di bawah karena takut kasur tingkat ini ambrol. Rory yang ternyata sudah bangun dan pura2 tidur ayam menunjuk2 2 bule cewek yang ternyata mengisi 2 kasur kosong di seberang. Waw...., kami sekamar dengan 2 bule putih mulus kayak tepung beras ros bren yang sepertinya baru pulang dugem dan sudah gak sadar lagi dengan keberisikan alarm kami tadi. Selepas mandi, 2 bule cewek tadi baru bangun dan bergegas mau mandi juga. Mereka cuek saja dengan handuk yang cuma melilit tubuh bule mereka yang aduhai, sedang Rory pura2 sibuk melihat hape dan bersegera duduk di ranjang takut ada sesuatu yang tiba2 bediri di 'hidup' nya. Sebenarnya ini keadaan yang canggung bagi kami, tapi tidak untuk 2 cewek bule itu dengan baju, beha dan kolor mereka yang berserakan tergeletak disisi ranjang (aduh,,, kenapa bahasanya kayak jadi bahasa novel bokep gini).

7 Things to do in Khaosan Road


Day 1, Grand Palace, JJ Market, Khaosan Road
Sesuai dengan itinerari yang sudah kami rencanakan berbulan2 lalu, pagi ini kami berencana untuk mengunjungi Grand Palace. Dengan berjalan kaki beberapa menit dari hostel ke Grand Palace sambil sesekali poto2, kami pun sampai di Grand Palace yang pagi ini ramai dikunjungi  oleh turis. Ada yang bergerombol seperti kami, ada juga yang bergerombol seperti orang 1 kelurahan dengan memakai bendera2 yang menandakan mereka grup turis. Rata2 mereka dari Tiongkok, Korea atau Jepang. Grup Tiongkok terlihat paling ramai dan acak2an, sedangkan Grup Korea dan Jepang terlihat lebih tertib dan rapi serta kinyis2.
Grand Palace atau Istana Raja (bahasa Thai: พระบรมมหาราชวัง, Phra Borom Maha Ratcha Wang) sebenarnya adalah kompleks bangunan istana. Istana ini berfungsi sebagai kediaman resmi Raja-raja Thailand dari abad ke-18 dan seterusnya. Istana ini mulai dibangun pada tahun 1782, pada masa pemerintahan Raja Rama I, ketika ia memindahkan ibu kota kerajaan menyeberang sungai dari Thonburi ke Bangkok (wikipedia.org)
Setelah mutar2 dan poto2 sebentar di kawasan depan Grand Palace, kami pun keluar dari kompleks yang katanya wajib dikunjungi kalo traveling di Bangkok itu. Pasalnya, tiket untuk masuk ke dalam yang harganya 500 Baht, ternyata jadi berasa mahal banget setelah kami nyampe disana. Apalagi ini masih hari pertama, kami jadi merasa gak rela untuk 'membuang' 500 Baht demi tempat yang sudah dijadikan background poto bagi jutaan traveler lain (pura2nya kami anti mainstream dan pengen ke Bangkok dengan pengalaman yang beda.... cuih...). Jadilah kami berikutnya mempercepat trip hari ini ke Chatuchak. Sambil mencari cara untuk ke JJ Market (JJ market itu sebutan Chatuchak untuk turis) kami melipir sebentar untuk makan siang di pasar yang berada dipojok seberang Grand palace. Aku dan Rory cukup tahan dengan hanya memesan Mango Sticky Rice, sedangkan 3 Srikandi Merah Putih ini langsung kalap dengan memesan Nasi Goreng Kari ala Thai yang dengan penuh perjuangan mereka pesan sambil menyebut 'Mai Kin Mo.... Mai Kin Mo' salah satu bahasa lokal yang kami pelajari di konter Sim Card di Bandara yang berarti 'tidak pakai babi'. Pelayannya cuma ngangguk2 entah mengiyakan atau pura2 mengiyakan, yang jelas setelah Fried Rice Curry itu datang, 3 Srikandi itu makan dengan lahap sampai keringat mereka meleleh bercucuan saking enaknya...... (yakin gak pake moooooo ??? haha).

mai kin moooo......


Original Mango Sticky Rice


Setelah kenyang babi... eh kenyang makan siang, kami pun terus ke JJ Market dengan menumpang bus. Bus nya gak jelas yang mana, yang jelas kami ditunjukkan oleh beberapa orang yang kami tanya. Juga sebelum naik kami kembali menanyakan ke kondektur tujuan kami.

Sesampainya di JJ Market, kami pun buat kesepakatan. Yang cewek misah dengan yang cowok. Tujuannya untuk menghemat waktu belanja, tau sendiri lah kalo cewek2 belanjanya banyak dan lama.... awalnya Mirna dan Jesicca protes karena takut susah nanya2 atau nawar2 harga, namun setelah kami antar mereka ke toko yang abang2nya mirip Mario Maurer (bokis banget) mereka pun kalap. Jadilah Aku, Rory dan Estri kabur dari kehidupan mereka.... Yes... Estri yang kemana2 cuma pake kaos oblong dan celana jeans lebih memilih ikut kami, mungkin karena Estri gak suka sama cowok Thai yang tetap berlogat dan bersuara ngondek ala Thai kalo ngomong (sawasdee khraaaapp...... *suara sengau).

Chatuchak (Jatujak; Thai: จตุจักร) adalah pasar terbesar di Thailand yang memiliki lebih dari 8000 kios yang terdiri dari 27 blok yang menjual berbagai macam barang seperti; Tanaman, Barang2 antik, Hewan peliharaan, keramik, furniture, makanan dan minuman, oleh2 dan souvenir, buku sampai pakaian. Sering di sebut Weekend Market karena pasar ini memang happening tiap hari Sabtu dan Minggu. Sebenarnya pasar ini buka setiap hari, namun dengan waktu yang berbeda. Sabtu dan Minggu dibuka dari jam 9 pagi sampai jam 6 Sore, sedangkan Weekdays buka dari jam 6 sore sampai jam 12 malam. Sebaiknya kalian datang ke sini  weekend saja, karena barang yang dijual lebih beragam. Aku sarankan kalo kalian mau beli barang misalnya baju kaos, kalo suka dan harga cocok sebaiknya langsung beli. Kenapa? karena barang yang dijual biasanya otentik dan jarang di jual di kios lain dan mustahil ditemukan di weekdays market.

tom yum halal resto Saman Islam  di tengah JJ Market


Jam 6 sore, kami berkumpul di Clock Tower sebagai tempat janjian bertemu. Jessica yang kalap, membeli banyak barang yang bikin kami kaget, entah bagaimana nanti dia membawanya ke Pekanbaru. Mirna membeli banyak baju, terutama baju2 yang bakal dia pakai untuk manggung (maklum, Mirna adalah Juara Pekanbaru Idol 2015, jadi dia harus punya banyak stok baju untuk mangung). Aku dan Rory lebih kalem, kami membeli beberapa potong pakaian saja. Sedangkan Estri........... dia cuman bengong seperti biasanya, uangnya masih berlimpah tanpa beli apapun disana. Sungguh anak yang aneh dan mencengangkan.

Malamnya, Aku dan Rory berencana ke Wat Arun. Kami sengaja memilih malam karena dari gambar2 yang kami lihat di Internet, Wat Arun terlihat lebih cantik karena dilengkapi dengan lampu hias di sekelilingnya. Namun sayangnya, malam itu lampu Wat Arun tidak dihidupkan setibanya kami di sana. Jadilah kami jalan2 dan poto2 santai di sekitaran Sanam Luang, lapangan bola terbuka di seberang Grand Palace untuk selanjutnya party di sekitaran Khaosan Road (macam iya betuuuuulll nak party.... minum koka kola aja mabuk).

kuliner ekstrem sekitar Khaosan Road, sekali poto 10 Baht



Khaosan Road memang selalu happening. Musik berdentum2 dalam berbagai macam genre dari pub2 dan bar terkenal. Foot Massage dan Reflexy bergelimpangan sampai ke teras rukonya. Beberapa orang Bule gak tau diri joget2 di pinggir jalan, ada yang sambil pelukan dan ada juga yang sambil cipokan, entah apalah kata mamak mereka kalo tau anaknya cipokan di pinggir jalan gitu. Hedonisme berjaya disini.


Day 2, Ayutthaya, The Historical City
Seharusnya, kunjungan ini adalah kunjungan kami di hari ke 3. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya kunjungan ke Ayutthaya menjadi pilihan kami untuk pelesiran di hari ke 2. Dari hostel, kami naik bus ke stasiun Hua Lampong. Di Stasiun yang nama resminya Bangkok Railway Station ini, kami membeli tiket kereta ke Ayutthaya sekali jalan yang sumpah murah banget,,,, untuk perjalanan yang menempuh waktu hampir 2 jam itu, tiketnya dijual dengan harga 15 Baht (sekitar 5.500 perak). Stasiun ini pun sangat apik dan bersih, juga ada foodcourtnya di lantai 2. Bahkan ada stall khusus makanan halal disana.

otw Hua Lampong... dudukan bus yang aneh...



Hua Lampong Station

15 Baht only...

2 Jam berikutnya kamipun sampai di Stasiun Ayutthaya. Baru keluar dari stasiun, kami diserbu abang2 tuk-tuk yang sibuk ber ni-hao ni-hao ke hampir semua penumpang termasuk ke kami yang berwajah lokal. Dari 10 abang tuk-tuk, ada 1 yang getol banget menjajakan jasa tumpangan tur keliling Ayutthaya. Namanya Thana (baca: dana). Untuk tur 3 jam ia membuka harga 4000 Baht. Kami langsung ngacir. Dari informasi yang kami dapat, harga tur berkisar 600-800 Baht untuk 1-2 orang, tentunya kami gak mau ditipu mentah2 disana. Thana tetap keukeh nawarin jasa turnya. Jessica yang agak sedikit gelap mata melihat perawakan supir tuk-tuk yang mirip mantannya itu pun berani menawar... "eight hundred.... oke?". Si Thana langsung melotot dan memboyong kami ke sebuah peta tur di pinggir stasiun sambil agak ngomel2 pakai bahasa Inggris ke Thailand2an. Dia juga ngebuktiin kalo namanya ada didaftar resmi supir tuk-tuk berlisensi didaftar nama2 yang ada disebelah peta wisata Ayutthaya. Dari 4000 turun ke 3000, kemudian turun lagi ke 2500. Sampai akhirnya kami pasrah diharga 1500 Baht, itupun setelah dia bilang belum narik dari pagi dan anaknya masih kecil sambil nunjukkin poto anaknya dari dompetnya. Entah kami terhanyut oleh rasa iba atau terlalu bodoh dalam menawar, yang jelas kami ber 5 berhasil di angkut Thana ke tuk-tuk oranye yang yang kelihatannya masih baru. Meski bahasa Inggrisnya senin-kamis, Thana berusaha untuk talkative bahkan sempat meminta aku untuk menyambungkan blutut ke perangkat audionya dari henpon ku, demi lagu2 kesukaan kami berkumandang.... iya... berkumandang... you know lah... tuk-tuk disana persis oplet (angkot) di pekanbaru yang speakernya bisa buat didengar orang satu kecamatan. Jadilah lagu2 Indonesia menghiasi trip kami menjelajah Ayutthaya. Raisa, Agnez Mo, Tulus, Afgan jadi playlist kami.... seharusnya para artis itu follow instagram kami masing2 sebagai rasa terimakasih sudah kami perkenalkan ke penduduk Ayutthaya (*kemudian di toyor manja sama Raisa).

tuk-tuk oranye yang kece

ready to explore Ayutthaya

The Sleeping Buddha di Wat Lokayasutharam....
Buddha's Head in tree roots di Wat Mahathat....
Note: Ayutthaya juga bisa di jelajahi menggunakan sepeda, di stasiun ada sebuah map yang bisa menjadi panduan kita untuk berkeliling di Ayutthaya, meskipun begitu tetap berhati2 dengan tuk-tuk yang kadang melintas gak karuan di jalanan. Meski kota ini ramah turis, tapi lumayan harga2 yang ditawarkan disini gak ramah kantong, contohnya saat kami makan siang di salah satu resto lokal, harga yang kami bayar untuk makan malam ditebus lebih dari 1000 Baht untuk 4 orang. Jadi hati2 lah memilih tempat makan di Ayutthaya....





                                                                              ********

Tak terasa waktu sudah sore, kami dikembalikan Thana ke stasiun. Tapi kami tidak pulang ke Bangkok naik kereta, kami lebih memilih naik mobil minibus semacam travel karena sudah terlalu kesorean untuk berangkat naik kereta.
Malamnya Aku, Rory dan Estri tepar. Selepas mandi kami tidur, sementara Mirna dan Jessica yang baru berkenalan dengan Briuce, bule Perancis penghuni baru hostel dan mereka bertiga tenggelam dalam percakapan yang intim... (apakah yang akan terjadi berikutnya,  threesome???)
Jam 11 malam aku terbangun membaca wa mirna di grup. "kami liat show pussy". WTF!!!







Ya.... om dan tante.... begitulah kelakuan anak2 om dan tante diluar negeri.... kami yang cowok aja gak berani pergi ketempat begituan..... 2 cewek nekad ini malah pergi ke show terlarang malam2 buta bareng cowok bule yang baru dikenal...... WHAT THE HELL!!!!!! (*kibas sorban)

ADEGAN DIBUANG SAYANG:
~ Dalam Go Go Bangkok ini, sebenarnya banyak kejadian lucunya. Kejadian pertama terjadi di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Rory yang super duper cool dan selalu mengusung slogan anti mainstream terpaksa harus menerima menjadi bahan olok2an (dan hinaan) kami sepanjang perjalanan, bahkan sampai detik ini. Rory sebenarnya adalah pribadi yang sangat-tidak-ingin di anggap lemah dan kampungan. Untuk itu, di momen pertama kalinya keluar negeri ini, dia berusaha sebisa mungkin untuk tenang dan elegan. Saking percaya dirinya, Saat itu Rory berjalan menuju konter imigrasi lebih dulu, sambil sesekali melirik dengan gaya mencibir ke arah penumpang2 yang berjalan ke ruangan keberangkatan domestik. Saat tiba di konter Imigrasi, dengan gagah Rory menaruh Paspor BARU (tak bercap) nya di hadapan petugas imigrasi. Senyumnya merekah, dada senang membuncah, semangatnya membara tak terkira demi mengembara keluar negara.
Petugas imigrasi (PI) : "Paspor baru ya pak?"
Rory (R) : "iya". tetap cool tapi dengan mimik tersinggung merasa dilecehkan
PI : "sudah beli tiket pulang?" Pertanyaan standar imigrasi untuk pemegang paspor baru
R : agak kaget tapi masih berusaha tetap cool dan bertanya ulang "apa mbak?"
PI : "tiket pulangnya mana?"
R : makin panik dengan wajah berkerut di tekuk 27 derajat sambil melihat kearah kami yang sedang mengantri dan berusaha memanggil aku. "Bang... bang... " dengan suara cemas dan gemetar manja.
Padahal tiket pulang yang sudah di print ada di tasnya, tapi yang namanya jiwa kampungan itu memang tidak bisa dibohongi pada situasi tertentu. Di boarding room, kami ngakak sengakak-ngakaknya mengulang2 adegan lucu yang jarang diperlihatkan pria tampan se-kecamatan rumbai pesisir 2015 ini. Hancur sudah image yang Rory bangun selama ini........

To Be Continued....